Para Pemain Arsenal Rupanya Tak Diberitahu Kehadiran Arsene Wenger

Para Pemain Arsenal Rupanya Tak Diberitahu Kehadiran Arsene Wenger

Para Pemain Arsenal Rupanya Tak Diberitahu Kehadiran Arsene Wenger Mikel Arteta mengatakan bahwa para pemain Arsenal tak tahu apa-apa perihal kunjungan mengejutkan Arsene Wenger di Emirates Stadium untuk kemenangan 3-1 mereka atas West Ham United pada Boxing Day.

The Gunners melanjutkan perjalanan mereka di Premier League dengan kebangkitan yang cukup mengesankan. Mereka tertinggal di sesi pertama usai Said Benrahma mencetak gol dari titik putih, namun membalas dengan tiga gol di babak kedua masing-masing dari Bukayo Saka, Gabriel Martinelli dan juga Eddie Nketiah.

Sementara itu, Wenger kembali ke Emirates Stadium untuk pertama kalinya semenjak mengundurkan diri sebagai manajer pada Mei 2018. Pria yang berusia 73 tahun tersebut memperoleh sambutan hangat dari pendukung tuan rumah, dengan para penggemar menyanyikan ‘there’s only one Arsene Wenger’ pada satu peluang di sesi kedua.

Dan Arteta juga sudahmenyarankan bahwa Wenger sekarang mungkin akan lebih sering hadir di sekitar Arsenal di paruh kedua musim ini, walaupun para pemain tak diberi tahu tentang kedatangannya pada Boxing Day.

Baca Juga: Atletico Semakin Percaya Diri Dapat Amankan Servis Soyuncu

“Para pemain tidak tahu dan kami ingin tetap diam dan memberi ruang bagi Arsene di sini,” kata Arteta setelah kemenangan Arsenal atas West Ham. “Dan itu merupakan hari yang amat istimewa, terima kasih banyak padanya sebab sudah datang. Mudah-mudahan, berjalan melewati gedung, dia akan merasakan semua yang dipikirkan semua orang tentang dia, semua yang dia tinggalkan di sini.

“Kehadirannya adalah sesuatu yang harus sangat melekat pada tim  ini. Jadi terima kasih sudah melakukan itu sebab itu sangat berarti bagi semua orang di klub. Jelas, ini bagus dan kemenangan membuat suasana hati saya akan jauh lebih baik untuk berbicara dengannya dan berada di sekitar tim. Jadi ya, dia memilih momen yang tepat.

“Hari yang sangat istimewa, sebab Boxing Day merupakan hari yang indah untuk bermain sepak bola. Dan saya pikir performa hari ini berada pada level yang pantas dia dapatkan, dan mudah-mudahan dia akan menyukainya.

“Saya telah terlibat dalam prosesnya, namun ini peirihal dia, waktu yang dia butuhkan untuk membuat langkah itu. Dan nudah-mudahan, dia akan tinggal di sini dan bersedia menghabiskan lebih banyak waktu bersama kami dan berada di sekitar kami karena dia sangat berpengaruh. Untuk saya pribadi, karier saya dan cara saya melihat permainan, namun juga untuk klub ini.”

Piala Dunia 2022 Dapat Saja Jadi Yang Terakhir Untuk Kiper Polandia

Piala Dunia 2022 Dapat Saja Jadi Yang Terakhir Untuk Kiper Polandia Kiper Polandia yakni Wojciech Szczesny mengatakan Piala Dunia 2022 di Qatar kemungkinan akan menjadi yang terakhir kali untuk karier internasionalnya, namun  menambahkan bahwa dia belum siap untuk mengakhiri karir internasionalnya.

“Saya tak  dapat membayangkan dapat bermain sepak bola pada tahun 2026 dengan semangat yang sama seperti yang saya rasakan hari ini, dan itu berarti saya tak akan bermain sepak bola,” ucap Szczesny yang bermain untuk Juventus.

Baca Juga: Maurizio Ulas Rencana Lazio Di Bursa Pemindahan Bulan Januari Nanti

“Tapi, empat tahun merupakan waktu yang lama. Itu dapat berubah namun saya memiliki perasaan bahwa saya akan memainkan Piala Dunia terakhir saya.

“Apabila nanti ternyata saya bermain dua kali lagi, saya tak dapat menjanjikan apa pun, namum itu dulu kini, perasaan saya sewaktu saya pergi bermain melawan Swedia dapat berpengaruh.”

Profile Pelatih Italia Roberto Mancini

Profile Pelatih Italia Roberto Mancini  – Roberto Mancini sendiri lahir pada tanggal 27 bulan November tahun 1964 disalah satu kota Ancona. Dia merupakan mantan pemain ternama berkebangsaan Itali dan sekarang mengambil profesi sebagai pelatih.

Roberto Mancini Mancini memulai debutnya di Liga Italia Serie A bersama Bologna pada tanggal 12 September 1981. Pada tahun berikutnya dia dibeli oleh Sampdoria, di mana dia bermain di sana hingga tahun 1997. Kemudian dia bermain untuk Lazio dari tahun 1997 hingga 2000 dan kemudian Leicester City di tahun 2001.

Selepas pensiun sebagai seorang pelatih, Mancini sendiri pun mulai melatih Fiorentina di tahun 2001. Dia membawa tim tersebut menjadi juara Coppa Italia di tahun pertamanya sebagai manajer.

Mancini pun kemudian ditunjuk sebagai manajer Lazio tahun 2002 dan sukses memenangkan Coppa Italia pada tahun 2004. Pada tahun 2004 itu pula ia mengumumkan bahwa  untuk pindah menangani Inter Milan.

Baca Juga: Di Canio, Juventus Buat Malu!

Dengan Inter, dia sendiri telah memenangkan 2 kali Coppa Italia tahun 2005 dan tahun 2006, dua kali Supercoppa Italia tahun 2005 dan tahun 2006 dan 3 kali Scudetto tahun 2005 sampai tahun 2006, tahun 2006 sampai tahun 2007 dan tahun 2007 sampai tahun 2008, dan menjadi pelatih tersukses Inter selama 30 tahun lamanya . Namun akan tetapi Mancini kandas meneruskan prestasi itu di kompetisi Eropa.

Pada tanggal 29 Mei 2008, Inter mengumumkan secara sah pemberhentian Mancini, sebab cekcok dengan ketua tim, Massimo Moratti. Hal tersebut sebagai reaksi atas komentar negatif Mancini selepas  kandas lawan Liverpool di Liga Champions. Mancini akhirnya digantikan oleh Jose Mourinho.

Melalui sebuah proses yang cukup mengejtukan, Mancini akhirnya pun menggantikan posisi Mark Hughes sebagai pelatih City. Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 19 Desember 2009. Di dua pertandingan awal yang diperani bersama City, Mancini berhasil menunjukkan sentuhan ajaibnya. Di pertandingan pertama, City berhasil mengalahkan Stoke City, dan membekuk Wolverhampton Wolves di pertandingan kedua.

Baca Juga: Langka Banget, 3 Sosok yang Juara Piala Dunia sebagai Pemain dan Pelatih

Penghargaan Sebagai Pemain:
1. Sampdoria
– Serie A: 1990-91.
– Coppa Italia: 1984-85, 1987-88, 1988-89, 1993-94.
– Piala Winners: 1989-90.
2. Lazio
– Serie A: 1999-2000
– Coppa Italia: 1997-1998, 1999-2000.
– Piala Winners: 1998-1999.
– Piala Super Eropa: 1999.

Penghargaan Sebagai Pelatih:
1. Fiorentina
– Coppa Italia: 2000-2001.
2. Lazio
– Coppa Italia: 2003-2004
3. Inter Milan
– Seri A: 2005-06, 2006-07, 2007-08.
– Coppa Italia: 2004-05, 2005-06.

Daftar Tim yang Lolos Final Champions di Italia

Daftar Tim yang Lolos Final Champions di Italia – Italia memiliki banyak sekali tim sepakbola yang berjuang untuk mendapatkan kemenangan. Namun menjadi seorang pemenang bukanlah hal yang mudah loh.

Final San Siro 2016 ini bukanlah kali pertama Final Liga Champions digelar di negeri Pizza tersebut. Semenjak Liga Champions digelar pertama kalinya pada tahun 1955 (yang dulu bernama European Cup), tercatat sudah ada 8 kali Partai Final yang digelar di Italia, di mana ada tim berbeda yang pernah mengangkat Trofi Si Kuping Besar di Italia. Siapa sajakah mereka? Berikut ini adalah Tim yang pernah memenangkan Liga Champions di Italia.

Daftar Tim yang Lolos Final Champions di Italia

1. AC Milan
AC Milan menjadi klub Italia yang paling sukses di Liga Champions Eropa. Tercatat klub yang berjuluk “Rossoneri” ini sudah 11 kali tampil di partai final Liga Champions Eropa. Dari 11 penampilan di partai final Liga Champions Eropa, AC Milan berhasil meraih kemenangan sebanyak 7 kali dan menelan kekalahan sebanyak 4 kali. Pencapaian tersebut membuat AC Milan menjadi klub tersukses kedua di Liga Champions Eropa di bawah Real Madrid.

Kemenangan AC Milan di partai final Liga Champions Eropa, yakni pada musim 1962/1963 menang 2-1 melawan Benfica, musim 1968/1969 menang 4-1 melawan Ajax Amsterdam, musim 1988/1989 menang 4-0 melawan Steaua București, musim 1989/1990 menang 1-0 melawan Benfica, musim 1993/1994 menang 4-0 melawan Barcelona, musim 2002/2003 menang melalui adu penalti 3-2 melawan Juventus dan pada musim 2006/2007 menang 2-1 melawan Liverpool.

Sedangkan kekalahan AC Milan di partai final Liga Champions Eropa, yakni pada musim 1957/1958 kalah 3-2 melawan Real Madrid dalam babak perpanjangan waktu, musim 1992/1993 kalah tipis 1-0 melawan Olympique de Marseille, musim 1994/1995 kalah 1-0 melawan Ajax Amsterdam, dan pada musim 2004/2005 kalah melalui adu penalti 3-2 melawan Liverpool setelah sebelumnya bermain imbang 3-3 di waktu normal.

 

2. Juventus
Juventus menjadi klub Italia kedua yang paling sering tampil di partai final Liga Champions Eropa setelah AC Milan. Klub yang berjuluk “Bianconeri” ini sudah 9 kali tampil di partai final Liga Champions Eropa. Namun, nasib Juventus sangat buruk di kompetisi ini.Dari 9 penampilan di partai final Liga Champions Eropa, Juventus hanya berhasil menang sebanyak 2 kali dan lebih sering menderita kekalahan sebanyak 7 kali.

Kemenangan Juventus di partai final Liga Champions Eropa terjadi pada musim 1984/1985 saat mengalahkan Liverpool dengan skor 1-0 dan pada musim 1995/1996 saat mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti dengan skor 4-2. Sedangkan kekalahan Juventus di partai final Liga Champions Eropa, yakni pada musim 1972/1973 kalah 1-0 melawan Ajax Amsterdam, musim 1982/1983 kalah 1-0 melawan Hamburg, musim 1996/1997 kalah 3-1 melawan Borussia Dortmund, musim 1997/ 1998 kalah 1-0 melawan Real Madrid, musim 2002/2003 kalah melalui adu penalti 3-2 melawan AC Milan, musim 2014/2015 kalah 3-1 melawan Barcelona, dan pada musim 2016/2017 kalah 4-1 melawan Real Madrid.

Baca Juga : Fakta Menarik dari Hasil Juventus vs AC Milan

 

3. Inter Milan
Nasib Inter Milan di Liga Champions Eropa bisa dikatakan lebih baik dari Juventus. Di partai final Liga Champions Eropa, klub yang berjuluk “Nerazzurri’ ini memang tampil lebih sedikit daripada Juventus, yakni sebanyak 5 kali. Namun Inter Milan berhasil meraih kemenangan sebanyak 3 kali dan menderita kekalahan sebanyak 2 kali. Itu artinya perolehan gelar Inter Milan di Liga Champions Eropa masih lebih banyak daripada Juventus.

Kemenangan Inter Milan di partai final Liga Champions Eropa terjadi pada musim 1963/1964 ketika berhasil menumbangkan Real Madrid dengan skor 3-1, kemudian pada musim 1964/1965 saat mengalahkan Benfica dengan skor tipis 1-0, dan pada musim 2009/2010 saat menang atas Bayern Munich dengan skor 2-0. Sedangkan kekalahan Inter Milan di partai final Liga Champions Eropa terjadi pada musim 1966/1967 saat kalah 2–1 melawan Celtic dan pada musim 1971/1972 saat kalah 2-0 melawan Ajax Amsterdam.

 

4. Fiorentina
ak disangka, ternyata Fiorentina merupakan klub Italia pertama yang tampil di partai final Liga Champions Eropa, tepatnya pada musim 1956/1957 atau musim kedua ajang Liga Champions Eropa. Itu merupakan final Fiorentina satu-satunya di Liga Champions Eropa sampai saat ini. Saat itu, Fiorentina bertemu sang Juara Bertahan Real Madrid. Klub yang berjuluk “La Viola” tersebut gagal menjadi juara Liga Champions Eropa musim 1956/1957 setelah takluk atas Real Madrid dengan skor 2-0 dalam laga final di Santiago Bernabéu Stadium.

Gattuso Kecewa dengan Performa Milan di Babak Pertama

Gattuso Kecewa dengan Performa Milan di Babak Pertama

ligabolaitalia.com – Kemenangan AC Milan atas Empoli di lanjutkan di Liga Italia, tapi performa di babak pertama sempat mengecewakan Gattuso.

Dalam pertandingan di San Siro, Sabtu (23/2/2019) dinihari WIB, Milan menang dengan skor akhir 3-0. Dalam laga itu, Krzysztof Piatek, Franck Kessie, dan Samu Castillejo menjadi penentu kemenangan.

Baca juga : Krzysztof Piatek Dinilai Belum Maksimal

Semua gol itu tercipta pada babak kedua. Milan minim tekanan pada babak pertama dengan hanya melepaskan 4 percobaan, cuma satu yang mencapai sasaran dalam data yang dilansir oleh ESPN FC.

Secara keseluruhan, Milan melepaskan sebanyak 11 tembakan, ada tujuh yang mencapai bidang dalam 90 menit pertandingan. Oleh karena itu, pantas kalau Gattusso tak puas dengan performa babak pertama I Diavolo Rosso.

“Saya tak suka performa di babak pertama, karena kami hanya memutar-mutar bola tanpa dampak, kami cuma menggelitik buat Empili alih-alih menyakiti mereka. Saya sangat marah karena kami nyaris dihukum saat serangan balik dengan kedua fullback meninggalkan posisi dan itu seharusnya tak terjadi,” kata Gattuso di Football Italia.

“Kami melakukan pergerakan yang jauh lebih baik pasca jeda dan semua hal membaik.”

“Kami harus bisa mendapatkan dukungan para suporter dan cara meraihnya dengan berjuang memenangi semua perebutan bol. Masih ada 13 laga lagi, kami harus menjalaninya satu-satu,” dia menambahkan.